Firasat
"sesekali
berlabuh di masa yang teduh.. agar jiwa tak selalu lusuh..
dalam buaian dunia yang begitu riuh.. lapar dan haus jadi pembasuh..
Marhaban Ya Ramadhan..
(rencana status minggu depan, mumpung inget)"
---=======----dalam buaian dunia yang begitu riuh.. lapar dan haus jadi pembasuh..
Marhaban Ya Ramadhan..
(rencana status minggu depan, mumpung inget)"
Itu
status yang aku tulis dan posting di Facebook-ku tanggal 14 juli 2012. Dan seminggu sesudahnya,
aku mengalami stroke, yang mengubah begitu banyak sendi kehidupanku. Ada
beberapa kenalan yang sempat bilang padaku, kalo status yg aku posting itu
semacam firasat, bahwa aku akan mengalami kejadian yang tidak biasa..
Yahh
!!! Firasat…
Aku
yakin banyak diantara kita yang meyakini tentang adanya firasat itu. Tapi sejujurnya,
aku tidak begitu percaya tentang adanya firasat. Dalam keyakinanku, firasat
hanya akan datang kepada manusia-manusia khusus, manusia utama. Bukan sembarang
manusia seperti kita ini, terlebih manusia biasa seperti aku.
Dalam
kejadian-kejadian besar yang aku alami dalam rentang waktu sekitar 40-an tahun
hidup di dunia, tak ada tanda-tanda atau keanehan apapun yang mendahuluinya.
Saat kejadian wafatnya bapak, lalu saat akan terjadinya gempa dan tsunami dahsyat
yang menelan korban 400-an ribu jiwa serta kejadian-kejadian lainnya,
waktu-waktu yang berjalan sebelum kejadian itu berjalan seperti biasa. Tidak ada
hal atau kejadian yang benar benar istimewa sehingga dapat dikategorikan
sebagai firasat. Yang sering aku dengar sekarang, banyak orang menceritakan
adanya firasat, ketika sebuah kejadian telah berlangsung. Sehingga aku malah
menjadi ragu, apakah itu benar “firasat”, ataukah hal-hal yang dipas-paskan
saja. Kalo hanya untuk mencari pembenaran, atau penge”pas”an saja, memang banyak
kejadian yang pas atau sesuai untuk kita sambungkan dengan kejadian yang
berlaku kemudian. Tapi apakah benar itu firasat ?? aku tak meyakininya. Sesuatu
hal bisa kita yakini sebagai firasat, ketika keyakinan itu kita dapat sebelum peristiwa
besar itu terjadi. Tapi aku jarang bertemu dengan suasana demikian.
Segala
hal kejadian yang terjadi di dunia ini memang sudah ditetapkan. Allah telah
memberikan banyak pengetahuan kepada manusia, tentang tanda-tanda akan
datangnya akhir jaman. Sebagian kita kenal sebagai tanda-tanda kecil, dan
sebagian lagi kita kenal sebagai tanda besar bahwa saat akhir jaman memang
sudah begitu dekat. Salah satunya adalah kemunculan Dajjal. Kalau kita rajin
mencari pustaka atapun referensi tentang tanda-tanda akhir jaman, memang masuk
akal jika pada waktu-waktu sekarang ini akhir jaman sudah semakin dekat.
Tapi
toh, bukankah takdir kita kelak sudah ditentukan.
Jadi apa yang bisa kita
kerjakan sekarang..?
Aku pernah menulis dalam sebuah statusku, bahwa bisa jadi
posisi masa lalu, masa sekarang serta masa depan itu tidaklah dalam posisi garis
tegak, dimana satu titik mendahului titik lainnya. Tapi bisa jadi mereka dalam
posisi garis mendatar. Dimana satu titik tidak mendahului titik lainnya. Bahwa titik-titik
itu tercipta dalam waktu yang sama. Bahwa masa depan kita sebenarnya sudah
tercipta. Kita sekarang berada dalam titik ini, titik masa kini. Di sebelah
kiri kita adalah titik-titik masa lalu yang selubungnya sudah terbuka. Sehingga
kita bisa membaca dan merasakan kejadian yang sudah terjadi. Tetapi di sebelah
kanan kita, adalah titik-titik masa depan yang masih menjadi misteri. Sudah
tercipta, tetapi terhadap diri kita masih tertutupi selubung waktu. Sehingga kita
belum mampu membacanya, apalagi merasakannya.
Jadi,
apa yang kuasa kita lakukan saat ini..
Kita
hanya bisa berikhtiar. Allah sudah begitu banyak memberikan tuntunan kepada
umatNya. Tentang cara-cara menjalani kehidupan di dunia ini. Lewat Firman-Firman
dalam Kitab Suci-Nya, ataupun lewat sabda-sabda serta suri tauladan dari Para Rasul
Utusan-Nya. Berusahalah untuk ikhtiar semaksimal daya upaya kita. Allah tidak
melarang kita menikmati kesenangan dunia. Tetapi sebatas ukuran yang sewajarnya.
Dan yang paling terutama, adalah dengan cara bagaimana manusia mendapatkan
kesenangan dunia itu. Dalam proses tahap itulah, perbuatan manusia dinilai. Apakah
sesuai syar’i menurut ketentuan-Nya, atau membabi buta dalam mendapatkannya. Tanpa
aturan dan norma, melakukan segala cara untuk mendapatkan kesenangan dunia itu.
Dalam proses inilah manusia akan diamati dan dinilai. Jika kelak lulus dalam penilaian,
maka beruntunglah dia. Jika gagal, maka akan pedihlah nasib kesudahannya.
Terkungkung dalam siksa api neraka. Yang panasnya tak berkesudahan.
Maka
nikmatilah kesenangan dunia ini sekedarnya saja. Tak perlu melimpah ruah hingga
kitapun tak sanggup menghitungnya lagi. Burulah kesenangan dunia yang mampu
membantu kita menyiapkan bekal ke akhirat.
Dalam
ukuranku, mempunyai tempat tinggal yang layak, kendaraan untuk memperlancar
keperluan sehari-hari serta fasilitas pendidikan yang baik untuk anak-anak,
sudah sangat cukup bagi kebutuhan duniaku. Kalaupun masih ada lebih di luar
itu, semoga bisa kita manfaatkan untuk menambah bekal akhirat kita. Belanjakanlah
untuk beramal. Karena dalam harta benda yang kita kuasai, disitu ada hak-hak
orang lain.
Aku hanya ingin mengajak kita semua tawakal dalam menapaki sisa-sisa hari kita di dunia ini.
Ridha terhadap segenap ketentuan Allah. Sambil tetap memohon dan meminta, dalam
untaian doa-doa yang kita panjatkan, agar kita dikarunia keridhoan-Nya. Diri kita,
serta kehidupan yang kita jalani ini, sepenuhnya adalah milik Allah SWT. Segala
yang telah terjadi, sedang terjadi maupun yang akan terjadi tak akan pernah
bisa lepas dari pengaturan-Nya..
Semoga
kita semua selamat….
Selamat
di dunia.. dan juga selamat di akhirat..
Aamiin…
0 Response to "Firasat"
Post a Comment