MEROKOK..... merampas kehidupanmu...
Dimana sih enaknya
merokok ?
Pertanyaan ini sulit
dijawab. Bahkan para perokok berat sekalipun akan kesulitan menemukan kata-kata
yang pas untuk melukiskan enaknya merokok. Yang jelas, mereka akan merasakan
ada yang kurang ketika tidak merokok. Dan rasa kurang itu seolah tertutupi dengan
nikmatnya melihat kepulan-kepulan asap yang dihembuskan.
Aku dulu perokok. Perokok
sangat berat malahan..
Perkenalanku dengan
rokok seingatku dimulai sejak SMP. Ketika itu aku menjadi siswa di SMPN 2
Pemalang. Bersama teman-teman yang masuk kategori “badung”, kami kadang
menghabiskan waktu untuk nongkrong di warung samping sekolah, atau kadang di
kuburan dekat Sekolah Katolik. Tempat nongkrong yang agak aneh sebenarnya. Tapi lumayan
asyik sih… Di kesempatan nongkrong-nongkrong itulah aku mulai berkenalan dengan
rokok. Tapi belum menjadi kebutuhan. Atau istilah jawa belum “ndatuk”. Hanya sekedar
iseng biar terlihat gagah saja. Belinya pun hanya ketengan, atau batangan. Kebiasaan
ini masih berlanjut hingga saat aku melanjutkan sekolah di SMAN 1 Purwokerto. Di
depan sekolah ada warung gerobak rokok. Kami menyebutnya “warung paidi’. Karena
yang jualan namanya Paidi. Di saat
pulang sekolah, kami terbiasa nongkrong dulu di situ. Dan tentu saja, dengan
ditemani kepulan-kepulan asap yang kami hembuskan. Tetapi tetap, hingga kelas 2
itu aku belum merasa kecanduan. Artinya kalau saat tak ada rokok pun aku gak
masalah. Masih tetap enjoy. Mungkin saat kelas 3 aku meyakini kalo sudah
menjadi pecandu rokok. Walaupun ibuku keras sekali menentangnya, tapi bapak
cenderung moderat. Komentar beliau waktu itu “percuma juga dilarang... di rumah
gak merokok tapi di luar tetap saja”. Yah.. akhirnya sukseslah aku menjadi
golongan ahli hisap (Bukan ahli hisab, tapi pakai “P”).
Saat SMA, aku masih
menjadi pecandu ringan. Satu bungkus masih bisa bertahan hingga tiga hari. Seingatku,
rokokku saat itu Bentoel Ultra Mild. Satu bungkus masih seharga 450 perak. Sama
dengan harga bensin saat itu. Kebiasaan itu terus berlanjut hingga aku kuliah
di Fakultas Pertanian UNS Solo. Konsumsinyapun semakin meningkat perlahan. Dua bungkus
untuk tiga hari. Merk sudah berkali-kali ganti. Pernah beralih ke Gudang Garam
Surya, Bentoel Ektsra Light, Sampoerna, Star Mild hingga terakhir tahun 2012
merk rokokku adalah Clas Mild isi 16 batang. Aku beralih ke Bentoel Ekstra
Light sekitar tahun 1994. Setelah bapak wafat, aku mencoba mengubah gaya hidup
agar lebih hemat.Aku beralih ke BEL yang harga sebungkusnya relatif murah. Teman-teman kost saat kuliah dulu sudah terbiasa melihat pemandangan asbak yang dipenuhi puntung rokok menggunung di kamarku. Kebiasaan itu terus berlanjut hingga kelak aku
lulus dan bekerja di pulau seberang sana, Pulau Sumatera.
Delapan tahun aku hidup di
sumatera, dengan lima tahun diantaranya membujang karena istri dan anakku tidak
mungkin untuk terus mendampingi di sana. Frekwensi merokokku pun semakin
meningkat. Satu hari bisa habis dua hingga tiga bungkus. Kalau aku beli rokok
satu slop (sepuluh bungkus), paling empat atau lima hari sudah habis.
Hingga tahun 2005
kemudian, saat aku mutasi ke Jawa Barat – Banten, kebiasaan ini masih
mengikuti. Dan semakin bertambah. Ketika tahun 2006, pada masa awal aku
bertugas di daerah bogor, pernah kucoba usaha untuk berhenti merokok. Aku beli
CD suara Hypnoterapi Romy Rafael dan kuaplikasikan. Hasilnya lumayan, selama
beberapa waktu aku mampu mengurangi konsumsi rokok hingga jauh sekali berkurang.
Itulah yang bikin aku lalai, merasa kalau berhenti merokok itu mudah. Akhirnya kuteruskan
kebiasaan merokokku, dengan keyakinan jika sudah tiba masanya aku benar-benar
ingin berhenti merokok tinggal aku aplikasikan lagi metode Hypnoterapi itu. Dan
“masa” yang aku yakini itu adalah kelak ketika usiaku sudah menginjak angka 40.
Usia empat puluh aku benar-benar akan berhenti menjadi ahli hisap.
Dan konsumsi rokokku
semakin terus meningkat. Hingga tiba masanya, pada sekitar tahun 2012, konsumsi
rokokku sudah mencapai empat hingga lima bungkus per hari. Sekarang ini aku
sering berhitung ; satu bungkus isinya 16 batang, jadi kalau 5 bungkus berarti
ada 80 batang. Satu hari terdapat 24 jam. Kita hitung saja 4 jam untuk tidur,
berarti masih ada 20 jam yang aku pakai buat merokok. 80 batang dalam 20 jam,
berarti 4 batang tiap 1 jam. Atau 1 batang tiap 15 menit.
Astaghfirullah… lalu
saat kapan aku hidup tanpa hembusan asap rokok..
Sudah berapa tebal
timbunan tar dan nikotin yang aku tumpuk di dalam tubuhku….
Aku dulu sering
mengalami saat-saat yang aneh (atau mungkin malah lucu). Merenungkan kapan
waktunya aku bisa berhenti merokok, tapi dengan jemari menggenggam batang rokok
dan mulut menghembuskan asapnya. Lingkungan sekitarku sudah sangat mengenal
kebiasaan merokokku ini. Jadi tidak semua rokok yang aku konsumsi harus aku
beli sendiri. Sebagian diantaranya berasal dari hadiah atau pemberian kenalan. Melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan hanya mampu mengurangi sedikit jumlah konsumsi rokokku. Siang hari tanpa rokok, tetapi malam harinya menjadi berlipat. Hal pertama yang aku cari setelah minum saat berbuka adalah rokok. Makanan bagiku menjadi nomor dua.
Hingga tiba saatnya
kemudian, aku mendadak mengalami stroke. Saat tengah malam pembuluh darah
otakku pecah (Aneurisme). Aku dirawat di rumah sakit hingga sekitar dua bulan.
Hanya kemurahan dan kuasa Allah yang membuatku masih bisa bernapas hingga saat
ini.
Di awal-awal masa
kesadaran, masih ada keinginanku untuk merokok lagi. Dengan telaten istriku
menenanganku, dia bilang nanti ijin dokter dulu. “Kalau sama dokter diijinkan,
silahkan merokok” begitu katanya saat itu. Hatiku masygul ketika ijin itu tak
muncul-muncul juga dari dokterku.
Sambil mengisi waktuku
yang banyak kosong (karena sementara waktu aku menjadi staff tanpa penugasan di
tempat kerjaku), aku banyak browsing di internet tentang rokok. Aku coba cari
di tempat manapun yang membahas tentang rokok dan kopi. Berbulan-bulan aku
melakukan itu. Berseluncur di dunia maya, menjelajahi artikel-artikel yang
membahas rokok dan kopi.
Hasilnya ; sekitar 70 %
masih memperbolehkan minum kopi, asal dengan konsumsi yang terbatas. Dan ada 0 %
yang menganjurkan atau membolehkan untuk menghisap rokok.
0 %..... !!!!!!!
Artinya, memang sama
sekali tak ada manfaat rokok bagi tubuh manusia. Kalau mudhorotnya jelas
banyak. Bahkan salah satu penyebab aku mengalami aneurisme (pecah pembuluh
darah otak) adalah karena kebiasaan merokokku. Aku sempat tergelitik ketika
melihat iklan “Rokok herbal”. Tapi akal sehatku segera menukasnya. Bukankah
rokok juga berasal dari tembakau. Artinya memang dari tanaman alami, atau
herbal. Alhamdulillah aku tidak terpengaruh dengan fikiran sesat yang sempat menggoda
itu..
Hingga akhirnya dengan
mantap dan bulat aku putuskan untuk benar-benar berhenti merokok.
Sejak tanggal 19 Juli
2012 hingga awal tahun 2015 ini, tak ada satupun hisapan asap rokok yang masuk
ke dalam tubuhku…
Dan ternyata rasanya ringan.
Enteng dan gampang. Segala kekhawatiran dan ketakutan saat aku masih merokok
dulu tak satupun terbukti. Tak ada yang berkurang dalam diriku. Aku masih bisa fokus
dan berkonsentrasi memikirkan pekerjaan. Tanpa harus dibantu hisapan dan hembusan
asap rokok. Hari-hari dan waktu yang aku jalani tanpa rokok berjalan lancar apa
adanya. Tanpa gangguan atau kekurangan kualitas apapun…
Badan juga terasa semakin ringan. Napas lebih mengalir lancar…
Kesimpulanku ; berhenti
merokok itu sebenarnya mudah. Asal kita benar-benar berniat dan memahami alasan
kenapa kita harus berhenti merokok. Karena memang tak ada satupun manfaat atau
kebaikan dari merokok. Kalaupun ada, itu hanya alasan yang dibuat-buat oleh
perokok saja. Seperti yang aku alami dulu.
Kita bisa mengarang
berbagai macam alasan untuk tetap bisa merokok. Tetapi sekali kita terkena
dampak buruk akibat rokok tersebut, segala kenikmatan saat merokok serasa tak
ada artinya…
Subhanallaah..
Alhamdulillah……
Terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya untuk istriku tercinta. Yang selama hampir 20
tahun telah setia dan sabar mendampingiku… Keputusanku berhenti merokok ini juga
aku persembahkan untuknya. Agar aku bisa lebih lama mendampinginya menapaki
sisa usia kami dengan memburu Ridha dan Kasih Sayang Illaahi Rabbi..
Dulu pernah aku
canangkan, usia 40 aku harus sudah berhenti merokok. Dan Allah membantuku
dengan cara-Nya. Usia 40 kurang 1,5 bulan aku terkena stroke aneurisme. Dan
membuatku berhenti berhubungan dengan rokok. Sama sekali berhenti..
Total….
Insya Allah selama-lamanya….
0 Response to "MEROKOK..... merampas kehidupanmu..."
Post a Comment